Senin, 02 Mei 2011

KRIDA NAWRAT

NAVIGASI DARAT

Navigasi adalah pengetahuan untuk mengetahui keadaan medan yang akan dihadapi, posisi kita di alam bebas dan menentukan arah serta tujuan perjalanan di alam bebas.

Pengetahuan tentang navigasi darat ini meliputi
1. Pembacaan peta
2. Penggunaan kompas
3. Penggunaan tanda-tanda alam yang membantu kita dalam menentukan arah

Pengetahuan tentang navigasi darat ini merupakan bekal yang sangat penting bagi kita untuk bergaul dengan alam bebas dari padang ilalang, gunung hingga rimba belantara. Untuk itu memerlukan alat-alat seperti
1. Peta topografi
2. Penggaris
3. Kompas
4. Konektor
5. Busur derajat
6. Altimeter
7. Pensil

PETA TOPOGRAFI

Peta adalah gambaran dari permukaan bumi yang diperkecil dengan skala tertentu sesuai dengan kebutuhan. Peta digambarkan di atas bidang datar dengan sistem proyeksi tertentu. Peta yang digunakan untuk kegiatan alam bebas adalah Pete Topografi.

Peta topografi adalah suatu representasi di atas bidang datar tentang seluruh atau sebagian permukaan bumi yang terlihat dari atas dare diperkecil dengan perbandingan ukuran tertentu. Peta topografi menggambarkan secara proyeksi dari sebagian fisik bumi, sehingga dengan peta ini bisa diperkirakan bentuk permukaan bumi. Bentuk relief bumi pada peta topografi digambarkan dalam bentuk Garis-Garis Kontur.

Dalam menggunakan peta topografi harus diperhatikan kelengkapan petanya, yaitu:

1. Judul Peta, Adalah identitas yang tergambar pada peta, ditulis nama daerah atau identitas lain yang menonjol.

2. Keterangan Pembuatan, Merupakan informasi mengenai pembuatan dan instansi pembuat. Dicantumkan di bagian kiri bawah dari peta.

3. Nomor Peta (Indeks Peta), Adalah angka yang menunjukkan nomor peta. Dicantumkan di bagian kanan atas.

4. Pembagian Lembar Peta, Adalah penjelasan nomor-nomor peta lain yang tergambar di sekitar peta yang digunakan, bertujuan untuk memudahkan penggolongan peta bila memerlukan interpretasi suatu daerah yang lebih luas.

5. Sistem Koordinat, Adalah perpotongan antara dua garis sumbu koordinat.

Macam koordinat adalah:

a. Koordinat Geografis

Sumbu yang digunakan adalah garis bujur (BB dan BT), yang berpotongan dengan garis lintang (LU dan LS) atau koordinat yang penyebutannya menggunakan garis lintang dan bujur. Koordinatnya menggunakan derajat, menit dan detik. Misal Co 120° 32' 12" BT 5° 17' 14" LS.

b. Koordinat Grid

Perpotongan antara sumbu absis (x) dengan ordinal (y) pada koordinat grid. Kedudukan suatu titik dinyatakan dalam ukuran jarak (meter), sebelah selatan ke utara dan barat ke timur dari titik acuan.

c. Koordinat Lokal

Untuk memudahkan membaca koordinat pada peta yang tidak ada gridnya, dapat dibuat garis-garis faring seperti grid pada peta.

Skala bilangan dari sistem koordinat geografis dan grid terletak pada tepi peta. Kedua sistern koordinat ini adalah sistem yang berlaku secara internasional. Namun dalam pembacaan sering membingungkan, karenanya pembacaan koordinat dibuat sederhana atau tidak dibaca seluruhnya. Misal: 72100 mE dibaca 21, 9° 9700 mN dibaca 97, dan lain-lain.

6. Skala Peta

Adalah perbandingan jarak di peta dengan jarak horisontal sebenarnya di medan atau lapangan. Rumus jarak datar dipeta dapat di tuliskan --> JARAK DI PETA x SKALA = JARAK DI MEDAN

Penulisan skala peta biasanya ditulis dengan angka non garis (grafis). Misalnya Skala 1:25.000, berarti 1 cm di peta sama dengan 25 m di medan yang sebenarnya.

7. Orientasi Arah Utara

Pada peta topografi terdapat tiga arah utara yang harus diperhatikan sebelum menggunakan peta dan kompas, karena tiga arah utara tersebut tidak berada pada satu garis.

Tiga arah utara tersebut adalah:

a. Utara Sebenarnya (True North/US/TN) diberi simbol * (bintang), yaitu utara yang melalui Kutub Utara di Selatan Bumi.

b. Utara Peta (Grid Nortb/UP/GN) diberi simbol GN, yaitu Utara yang sejajar dengan garis jala vertikal atau sumbu Y. Hanya ada di peta.

c. Utara Magnetis (Magnetic North/UM) diberi simbol T (anak pariah separuh), yaitu Utara yang ditunjukkan oleh jarum kompas. Utara magnetis selalu mengalami perubahan tiap tahunnya (ke Barat atau ke Timur) dikarenakan oleh pengaruh rotasi bumi. Hanya ada di medan.

Karena ketiga arah utara tersebut tidak berada pada satu garis, maka akan terjadi penyimpangan-penyimpangan sudut, antara lain:

a. Penyimpangan sudut antara US - UP balk ke Barat maupun ke Timur, disebut Ikhtilaf Peta (IP) atau Konvergensi Merimion. Yang menjadi patokan adalah Utara Sebenarnya (US).

b. Penyimpangan sudut antara US - UM balk ke Barat maupun ke Timur, disebut Ikhtilaf Magnetis (IM) atau Deklinasi. Yanmg menjadi patokan adalah l Utara sebenarnya ((IS).

c. Penyirnpangan sudut antara UP - UM balk ke Barat maupun ke Timur, disebut Ikhtilaf Utara Peta-Utara Magnetis atau Deviasi. Yang menjadi patokan adalah Utara Pela f71').

8. Garis Kontur atau Garis Ketinggian

Garis kontur adalah gambaran bentuk permukaan bumi pada peta topografi.

Sifat-sifat garis kontur, yaitu'.

a. Garis kontur merupakan kurva tertutup sejajar yang tidak akan memotong satu sama lain dan tidak akan bercabang.
b. Garis kontur yang di dalam selalu lebih tinggi dari yang di luar.
c. Interval kontur selalu merupakan kelipatan yang sama
d. Indek kontur dinyatakan dengan garis tebal.
e. Semakin rapat jarak antara garis kontur, berarti semakin terjal Jika garis kontur bergerigi (seperti sisir) maka kemiringannya hampir atau sama dengan 90°.
f. Pelana (sadel) terletak antara dua garis kontur yang sama tingginya tetapi terpisah satu sama lain. Pelana yang terdapat diantara dua gunung besar dinamakan PASS.

9. Titik Triangulasi

Selain dari garis-garis kontur dapat pula diketahui tinggi suatu tempat dengan pertolongan titik ketinggian, yang dinamakan titik triangulasi Titik Triangulasi adalah suatu titik atau benda yang merupakan pilar atau tonggak yang menyatakan tinggi mutlak suatu tempat dari permukaan laut. Macam-macam titik triangulasi

a. Titik Primer, I'. 14 , titik ketinggian gol.l, No. 14, tinggi 3120 mdpl. 3120
b. Titik Sekunder, S.45 , titik ketinggian gol.II, No.45, tinggi 2340 rndpl. 2340
c. Titik Tersier, 7: 15 , titik ketinggian gol.III No. 15, tinggi 975 mdpl 975
d. Titik Kuarter, Q.20 , titik ketinggian gol.IV, No.20, tinggi 875 mdpl. 875
e. Titik Antara, TP.23 , titik ketinggian Antara, No.23, tinggi 670 mdpl. 670
f. Titik Kedaster, K.131 , titik ketinggian Kedaster, No.l 31, tg 1202 mdpl. 7202
g. Titik Kedaster Kuarter, K.Q 1212, titik ketinggian Kedaster Kuarter, No. 1212, tinggi 1993 mdpl. 1993

10. Legenda Peta

Adalah informasi tambahan untuk memudahkan interpretasi peta, berupa unsur yang dibuat oleh manusia maupun oleh alam. Legenda peta yang penting untuk dipahami antara lain:

a. Titik ketinggian
b. Jalan setapak
c. Garis batas wilayah
d. Jalan raya
e. Pemukiman
f. Air
g. Kuburan
h. Dan Lain-Lain

MEMAHAMI PETA TOPOGRAFI

A. MEMBACA GARIS KONTUR


1. Punggungan Gunung

Punggungan gunung merupakan rangkaian garis kontur berbentuk huruf U, dimana Ujung dari huruf U menunjukkan ternpat atau daerah yang lebih pendek dari kontur di atasnya.

2. Lembah atau Sungai

Lembah atau sungai merupakan rangkaian garis kontur yang berbentuk n (huruf V terbalik) dengan Ujung yang tajam.

3. Daerah landai datar dan terjal curam

Daerah datar/landai garis kontumya jarang jarang, sedangkan daerah terjal/curam garis konturnya rapat.

B. MENGHITUNG HARGA INTERVAL KONTUR

Pada peta skala 1 : 50.000 dicantumkan interval konturnya 25 meter. Untuk mencari interval kontur berlaku rumus 1/2000 x skala peta. Tapi rumus ini tidak berlaku untuk semua peta, pada peta GUNUNG MERAPI/1408-244/JICA TOKYO-1977/1:25.000, tertera dalam legenda peta interval konturnya 10 meter sehingga berlaku rumus 1/2500 x skala peta. Jadi untuk penentuan interval kontur belum ada rumus yang baku, namun dapat dicari dengan:

1. Carl dua titik ketinggian yang berbeda atau berdekatan. Misal titik A dan B.
2. Hitung selisih ketinggiannya (antara A dan B).
3. Hitung jumlah kontur antara A dan B.
4. Bagilah selisih ketinggian antara A - B dengan jumlah kontur antara A - B, hasilnya adalah Interval Kontur.

C. UTARA PETA

Setiap kali menghadapi peta topografi, pertama-tama carilah arah utara peta tersebut. Selanjutnya lihat Judul Peta (judul peta selalu berada pada bagian utara, bagian atas dari peta). Atau lihat tulisan nama gunung atau desa di kolom peta, utara peta adalah bagian atas dari tulisan tersebut.

D. MENGENAL TANDA MEDAN

Selain tanda pengenal yang terdapat pada legenda peta, untuk keperluan orientasi harus juga digunakan bentuk-bentuk bentang alam yang mencolok di lapangan dan mudah dikenal di peta, disebut Tanda Medan. Beberapa tanda medan yang dapat dibaca pada peta sebelum berangkat ke lapangan, yaitu:

1. Lembah antara dua puncak
2. Lembah yang curam
3. Persimpangan jalan atau Ujung desa
4. Perpotongan sungai dengan jalan setapak
5. Percabangan dan kelokan sungai, air terjun, dan lain-lain.

Untuk daerah yang datar dapat digunakan:

1. Persimpangan jalan
2. Percabangan sungai, jembatan, dan lain-lain.

E. MENGGUNAKAN PETA

Pada perencanaan perjalanan dengan menggunakan peta topografi, sudah tentu titik awal dan titik akhir akan diplot di peta. Sebelum berjalan catatlah:

1. Koordinat titik awal (A)
2. Koordinat titik tujuan (B)
3. Sudut peta antara A - B
4. Tanda medan apa saja yang akan dijumpai sepanjang lintasan A - B
5. Berapa panjang lintasan antara A - B dan berapa kira-kira waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan lintasan A -B.

Yang perlu diperhatikan dalam melakukan suatu operasi adalah

* Kita harus tahu titik awal keberangkatan kita, balk di medan maupun di peta.
* Gunakan tanda medan yang jelas balk di medan dan di peta.
* Gunakan kompas untuk melihat arah perjalanan kita, apakah sudah sesuai dengan tanda medan yang kita gunakan sebagai patokan, atau belum.
* Perkirakan berapa jarak lintasan. Misal medan datar 5 krn ditempuh selama 60 menit dan medan mendaki ditempuh selama 10 menit.
* Lakukan orientasi dan resection, bila keadaannya memungkinkan.
* Perhatikan dan selalu waspada terhadap adanya perubahan kondisi medan dan perubahan arah perjalanan. Misalnya dari pnggungan curam menjadi punggungan landai, berpindah punggungan, menyeberangi sungai, ujung lembah dan lain-lainnya.
* Panjang lintasan sebenarnya dapat dibuat dengan cara, pada peta dibuat lintasan dengan jalan membuat garis (skala vertikal dan horisontal) yang disesuaikan dengan skala peta. Gambar garis lintasan tersebut (pada peta) memperlihatkan kemiringan lintasan juga penampang dan bentuk peta. Panjang lintasan diukur dengan mengalikannya dengan skala peta, maka akan didapatkan panjang lintasan sebenarnya

F. MEMAHAMI CARA PLOTTING DI PETA

Plotting adalah menggambar atau membuat titik, membuat garis dan tandatanda tertentu di peta. Plotting berguna bagi kita dalam membaca peta. Misalnya Tim Bum berada pada koordinat titik A (3986 : 6360) + 1400 m dpl. SMC memerintahkan Tim Buni agar menuju koordinat titik T (4020 : 6268) + 1301 mdpl.

Maka langkah-langkah yang harus dilakukan adalah :

* Plotting koordinat T di peta dengan menggunakan konektor. Pembacaan dimuali dari sumbu X dulu, kemudian sumbu Y, didapat (X:Y).
* Plotting sudut peta dari A ke T, dengan cara tank garis dari A ke T, kemudian dengan busur derajat/kompas orientasi ukur besar sudut A - T dari titik A ke arah garis AT. Pembacaan sudut menggunakan Sistem Azimuth (0" -360°) searah putaran jarum Jain. Sudut ini berguna untuk mengorientasi arah dari A ke T.
* Interprestasi peta untuk menentukan lintasan yang efisien dari A menuju T. Interprestasi ini dapat berupa garis lurus ataupun berkelok-kelok mengikuti jalan setapak, sungai ataupun punggungan. Harus dipaharni betul bentuk garis garis kontur.


Plotting lintasan dan memperkirakan waktu tempuhnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu tempuh :

+ Kemiringan lereng
+ Panjang lintasan
+ Keadaan dan kondisi medan (misal hutan lebat, semak berduri atau gurun pasir).
+ Keadaan cuaca rata-rata.
+ Waktu pelaksanaan (yaitu pagi slang atau malam).
+ Kondisi fisik dan mental serta perlengkapan yang dibawa.

G. MEMBACA KOORDINAT

Cara menyatakan koordinat ada dua cara, yaitu:

1. Cara Koordinat Peta

Menentukan koordinat ini dilakukan diatas peta dan bukan dilapangan. Penunjukkan koordinat ini menggunakan:

a. Sistem Enam Angka Misal, koordinat titik A (374;622), titik B (377;461)
b. Cara Delapan Angka Misal, koordinat titik A (3740;6225), titik B (3376;4614)

2. Cara Koordinat Geografis

Untuk Indonesia sebagai patokan perhitungan adalah Jakarta yang dianggap 0 atau 106° 4 27,79". Sehingga di wilayah Indonesia awal perhitungan adalah kota Jakarta. Bila di sebelah barat kota Jakarta akan berlaku pengurangan dan sebaliknya. Sebagai patokan letak lintang adalah garis ekuator (sebagai 0). Untuk koordinat geografis yang perlu diperhatikan adalah petunjuk letak peta.

ORIENTASI

A. Orientasi Peta
Sebelum masuk daerah operasi, terlebih dahulu anda harus mengenal tanda medan yang nantinya akan anda jumpai di lapangan. Tanda medan itu dapat di interpretasikan di peta yang nantinya akan dipergunakan, misal : titik ketinggian dan nama punggunungan, sungai, jurang dan lain-lain (dapat tanya penduduk).

Perlu diperhatikan dan diingat, bahwa tanda medan akan berubah bentuknya bila dilihat dari titik kedudukan yang berlainan, maka dalam hal orientasi perlu hati-hati. Orientasi Peta adalah meng-Utara-kan peta atau dengan kata lain menyesuaikan letak peta dengan bentang alam yang kita hadapi. Hal ini merupakan cara/prosedur yang pertama kali harus dilakukan bila kita akan melakukan orientasi peta dan medan, langkahnya adalah:

a. Carilah tempat terbuka, sehingga tanda-tanda medan terlihat dengan jelas.
b. Buka dan letakkan peta pada bidang datar.
c. Setelah kompas 0" atau 360" , dan diatas peta yang posisi sejajar dengan garisgaris bantu orientasi pada kompas dengan sumbu Y peta,
d. Putar peta (jangan merubah posisi kompas) dan hentikan bila grid/sumbu -r peta sudah segans dengan jarurn kompas. Dengan demikian letak peta telah sesuai dengan arah utara (meng-utara-kan peta).
e. Cari tanda moment yang paling menonjol, kemudian cocokkan dengan peta dan beri tanda.

**Cari tanda medan sebanyak mungkin sehingga anda sudah mulai paham dengan daerah tersebut dan sudah dapat memperkirakan posisi anda di peta.

B. Orientasi Medan
Merupakan cara untuk membaca kenampakan medan dan disesuaikan dengan peta, juga untuk mengetahui arah dan posisi kita di lapangan. Ada dua cara orientasi medan, yaitu:

1. Orientasi medan dengan kompas

Untuk mengetahui posisi kita saat berada di alam bebas, yang penting untuk dilakukan adalah menentukan arah mata angin (U,S,B dan T), lalu menentukan arah utara peta. Setalah itu menentukan posisi kita dengan pasti. Ada 2 cara yang dapat digunakan untuk menentukan posisi kita, yaitu

a. Resection
Adalah menentukan posisi kita pada peta, langkahnya adalah

- Lihat dan perhatikan tanda medan yang mudah dikenal di lapangan, seperti puncak bukit, pegunungan, tikungan potong, sungai ataupun tebing.
- Lakukan orientasi (sesuai dengan bentang alam), kemudian cocokkan dengan peta. Bidikkan kompas dari posisi anda berdin ke salah satu tanda medan yang terlihat dan dikenal, baik di peta maupun di medan. Misalkan tanda medan adalah puncak bukit X, dengan sudut kompas sebesar 130°, maka sudut peta adalah 130° + 180° = 310° (Back A.: imuth)
- Dengan menggunakan busur derajat dan penggaris, polakanibuatlah garis dari titik sasaran dengan acuan besar sudut peta.
- Lakukan hal yang sama dengan titik kedua, misal Y. Bila kita melakukannya benar maka akan didapalkan tititk perpotongan antara kedua garis tersebut.
- Titik perpolongan itulah posisi kita di peta.

Resection dapat pula dilakukan hanya dengan satu tanda medan atau titik ketinggian, bilamana kita berada pada tepi jurang, tepi sungai, jalan setapak yang ada di peta atau di garis pantai, dan sebagainya.

b. Intersection
Adalah menetukan posisi orang lain/tempat lain, langkahnya adalah: Lihat dan perhatikan tanda medan yang mudah dikenal di lapangan, seperti puncak bukit, pegunungan, tikungan potong, sungai ataupun tebing.

Lakukan orientasi (sesuai dengan bentang alarn), kemudian cocokkan dengan peta. Bidikkan kompas dari posisi anda berdin(letaknya sudah pasti diketahui di medan dan di peta) ke saran bidik. Misal tempat anda berdiri adalah X, dengan hasil bidikan sebesar 130' terhadap sasaran. Maka sudut peta adalah 130° (Azimuth).

Dengan menggunakan busur derajat dan penggaris, polakan/buatlah garis dari titik sasaran dengan acuan besar sudut peta. Lakukan hal yang sama dengan tempat yang kedua, misal Y. Bila kita melakukannya benar maka akan didapatkan tititk perpotongan antara kedua garis tersebut (Usahakan selisih sudut antara X dan Y antara 30° - 150°). Titik perpotongan itulah posisi kita di peta.

Intersection bisa dilakukan bila sasaran bidik dapat kita melihat dari dua tempat yang berbeda, dengan jelas. Intersection dapat pula dilakukan hanya dengan satu tanda medan atau ttitik ketinggian, bilamana orang yang kita bidik berada pada tepi Jurang, tepi sungai, Jalan setapak yang ada di peta atau di garis pantai, dan sebagainya.

Orientasi medan tanpa peta dan kompas

Bila kita berada di alam bebas tanpa membawa peta dan kompas, kita dapat menggunakan tanda-tanda alam untuk menunjukkan arah perjalanan kita, diantaranya adalah
a. Matahari. Hanya dapat digunakan pada slang hari, yaitu mengetahui arah barat dan timur
b. Bintang. Pada malam hari dapat menggunakan bintang untuk mengetahui arah perjalanan kita, antara lain Bintang Pari menunjukkan arah selatan Bintang Orion menunjukkan arah timur dan barat
c. Tanda-tanda lain Tanda-tanda lain yang dapat digunakan antara lain Kuburan orang Islam membujur kearah utara - selatan Masjid menghadap kearah barat – timur

TEKNIK CONTOURING

Contouring dapat diartikan dengan salah satu penerapan ilmu medan peta yaitu menempuh perjalanan tanpa menggunakan kompas. Dalam melakukan teknik contouring dituntut untuk lebih teliti dalam pengamatan medan. Karena jika kita sudah salah menentukan posisi dengan contouring maka akan mempersuli perjalanan kita dan mungkin akan tersesat.

Jika kita di lapangan dengan membawa peta maka teknik contouring dapat dilakukan, dengan mengamati bentukan dengan acuan arah KAKIBATAS (Kanan, Kiri, Bawah, Atas).

Tanda-tanda medan yang dapat digunakan adalah

+ Puncak-puncak bukit
+ Bentukan sungai
+ Punggungan bukit dan terjal/landainya bukit
+ Percabangan sungai
+ Patahan tebing
+ Waterfall (air terjun)

Untuk selalu dapat berhasil melakukan teknik ini adalah dengan selalu berlatih di lapangan yang sebenarnya. Yang perlu dicamkan adalah :"Tentukan secara pasti titik awal keberangkatan, menghitung jarak tempuh dan selalu menghitung ,sudah berapa kali kita menyeberangi sungai atau lembah atau berpindah punggungan bukit".

TEKNIK PASSING KOMPAS

Teknik ini sering digunakan dalam rnelakukan sebuah operasi SAR. Teknik ini lebih mudah dilakukan pada medan yang landai dan luas, digunakan pula untuk mengatasi rintangan yang menghalangi perjalanan kita, misal sungai atau jurang.

Cara melakukan passing kompas adalah

+ Tentukan titik (lokasi) yang menjdi tujuan kita, pada peta.
+ Ilitung sudut peta dengan kompas dari titik awal kita menuju titik tujuan dan tentukan pula back azimuthnya.
+ Perintahkan satu atau dua orang rekan kita untuk menuju arah bidikan kompas sebatas pandangan mata.
+ Kemudian anda bergerak ke depan rekan anda dan melakukan hal yang sama dengan point ketiga.
+ Postsi jarum kompas harus selalu berimpit dengan N dan S (Utara dan Selatan).

Teknik ini sering digunakan untuk mengatasi rintangan yang menghalangi perjalanan kita, misal jurang, sungai, dil. Yang utama adalah menentukan arah bidikan dan mengirimkan rekan sebagai pionir pencari jalan, dengan catatan tidak terlepas dari jangkauan rnata dan segera menempati arah bidikan kompas.

ALAT-ALAT NAVIGASI




M73
Francis Baker M73

M-73 Liquid Prismatic Compass adalah sempurna, instrumen ketepatan dari sebagian besar konstruksi kuningan, yang dirancang bertahan pada kondisi-kondisi iklim yang paling berat.
Cepat, penyelesaian yang tepat dari cairan yang diisi dial pemasangan membolehkan penggunaan yang cepat dari kompas segala bidang kondisi.
Lima berkilauan-diri tritium sumber cahaya buka peluang operasi hari terang dan malam penuh dan tiap-tiap komponen dari M-73 dapat digantikan menuju tahun-tahun selanjutnya, yang dapat dipercaya. M-73 yang hitam disediakan dalam buatan tangan satin lined warna abu-abu dalam kotak dilengkapi dengan kantong kulit dan intruksi lengkap.
Fitur-fitur:
  • Versi derajat
  • Berfungsi sepenuhnya
  • Disediakan dengan instruksi penuh
  • Sepenuhnya digunakan pada siang/malam - 5 lampu tritium
  • Isu militer
  • Lengkap dengan kantong
Spesifikasi:
  • Ukuran: 85 x 60 x 34mm
  • Berat:210G
  • Temperatur Beroperasi : - 30°C sampai + 55°C
  • Poros : Perhiasan batu nilam
  • Cairan : Kerosene yang dibersihkan
  • Pembagian derajat : (360 Divisi)
  • Illuminasi malam : 5 Sumber Cahaya Tritium
  • Ketelitian : Satu setengah dari satu derajat (10 mils)
  • Sarung : Kulit


Kompas ini memiliki prisma pada bagian dekat pengait. Kompas ini terbuat dari bahan logam, dengan jarum kompas mengandung zat phosphoric yang akan memudahkan pembacaan sudut bila pada atempat gelap.

Kelebihannya adalah:
+ Besar sudut bidikan bisa langsung di baca melalui prisma.
+ Dapat langsung diketahui azimuth dan back azimuthnya.
+ Mudah digunakan, mudah didatarkan.

Kekurangannya adalah
+ Terbuat dari logam sehingga berat.

Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Sebelum Menggunakan KOMPAS

1. Set semua kompas yang akan dipakai (seragamkan dengan kompas yang standar). Untuk checking yang paling mudah yaitu kita pergi ke titik Triangulasi, dengan catatan daerah tersebut telah kita ketahui SPM-nya (misal 0° 00' 00").

Plot salah satu tanda medan yang terlihat jelas dari Triangulasi dan juga terdapat di peta, catat besar sudut petanya, misal 50'.

** Untuk kompas standar, besar sudut kompas bila kita membidik tanda medan tersebut dan' titik Tnangulasi juga harus sebesar 50'. (Catatan : Cara kita membidik dan plotting sudah benar).

2. Perhatikan angka-angka pembagian derajat yang terdapat pada piringan kompas (untuk keseragaman sebaiknya menggunakan kompas dengan pembagian derajat sampai 360°). Bila kita menggunakan kompas dengan pembagian derajat 6400,
maka di lapangan kita harus menghitung lagi.


KALIBRASI KOMPAS

Kahbrasi kompas merupakan standarisasi antara satu kompas dengan kompas lain yang sudah dikalibrasi atau lebih akurat. Contoh, kita akan mengkalibrasi dua buah kompas, yaitu A dan B, kemudian kita akan menggunakan kompas C sebagai kompas standar. Untuk sasaran bidikan kita gunakan Bukit X.

Langkah I : bidikkan kompas C ke arah Bukit X, dan catat sudut kompasnya (misal 45°)
Langkah ll : Bidikkan kompas A dan B ke arah Bukit X, dan catat sudut kompasnya, misal A = 47° dan B = 42°

Maka kalibrasi kompas A adalah : 47° - 45° = 20 (selisih), jadi untuk hash bidikan kompas A di medan harus dikurangi 2°, karena hasil bidikannya kelebihan 2° dari kompas standar (kompas C). Sedangkan kalibrasi kompas B adalah : 45° - 42° _ 30 (selisih), jadi untuk hasil bidikan kompas B di medan harus dikurangi 3°, karena hasil bidikannya kelebihan 3~' dari kompas standar (kompas C).

Catatan

Untuk menghidari terjadinya penyimpangan sudut kompas pada ikhtilafnya maka harus dihindarkan dari

1. Senjata berat, sejauh 60 meter
2. Senjata ringan, sejauh 40 meter
3. Pagar kawat, sejauh 10 meter
4. Parang, pisau dan logam kecil lainya, sejauh 3 meter atau lebih



80 MIL
Garmin 80 MIL

Di medan perang sangat gesit, tak dapat diramalkan, tepat memposisikan masa kini dan kepandaian macam-macam dapat membantu memastikan suatu survival dan misi yang sukses. Sehingga Garmin merancang GPS 80 MIL 12-channel sebagai GPS yang mudah di jinjing dan di buat untuk menerima misi yang paling keras - tak peduli bagaimana atau di mana anda menyebar. Ringkas dan tidak datar, GPS 80 MIL mudah disimpan di saku apapun, rompi atau kantong untuk menyediakan bimbingan ilmu pelayaran ketepatan untuk udara, padang laut atau operasi hutan.
80 MIL's perangkat lunak tingkat lanjut dan backit tampilan menyediakan posisi dapat dipercaya dan grafik peta bergerak dalam sesaat. Dapat menyimpan 500 waypoints, menawarkan 20 rute, rata-rata waypoint untuk tanda-tanda posisi akura, dan beroperasi sampai 12 jam dengan empat baterei AA.
Liputan:
  • 12-parallel saluran penerima untuk bertahan, selama saterlit terpasand dan terkunci, bahkan di bawah langit-langit pohon.
  • Revolusioner rocker/keypad sistem untuk operasi sederhana, beropearsi dengan satu tangan dan tampilan LCD backlit yang besar dengan karakter yang mudah di baca di bawah segala kondisi cahaya.
  • Sarung tahan air yang ringkas dengan built-in antena yang beratnya hanya 9 ons ( 225 g), dan anak timbangan antena yang di-dibangun [hanya;baru saja] sembilan ounces(225 g), dan dengan mudah menyesuikan dalam semua kantong rompi survival apapun, atau saku untuk penyebaran cepat dan perahasiaan yang cepat.
  • Pemilihan format posisi dengan MGRS, UTM/UPS, Britania, Swedish, Swiss, Irlandia, Jerman, Malaysians, Indaia dan pemakai grid, serta pemakaian peta yang di tentukan oleh pemakai dan rata-rata posisis.
  • 500 alphanumeric waypoints, 9 perkiraan waypoints dengan alarm, 20 rute yang dapat dibalik, perencanaan matahari terbit / matahari terbenam , dan cloning dari unit ke unit cepat.
  • Built-in mode simulator untuk perencanaan dan misi training yang cepat dan interaktif, dengan pilihan dalam alat perencanaan misi PC.


Ilmu pelayaran:
  • Waypoints:
    • Total: 500 alphanumeric
    • Nearest: 9 Otomatis
    • Perkiraan: 9 dengan alarm
  • Rute: 20 arah balik sampai dengan masing-masing 30 poin, ditambah mode MOB
  • Memposisikan Formasi: MGRS, UTM/UPS, yang Britania,, Swiss, Jerman, Irlandia, Indonesia, India (9) dan Malayisia grid, lat/long, pemakai
  • Menjejaki Points: 1024
  • Memetakan Datums: 106, digambarkan-pemakai yang lebih
Capaian:
  • Penerima:
    • Differential-ready PhaseTrac 12
    • 12-parallel trek saluran
    • 12 satelit secara terus-menerus
  • Waktu didapatnya:
    • Warm: Approx. 15 detik
    • Cold: Approx. 45 detik
    • AutoLocate: Approx. 5 beberapa menit
  • Nilai pembaruan: 1/second, berlanjut
Ketelitian:
  • Posisi: 1-5 meter(16-33 kaki) RMS dengan penerima Garmin GBR 21 DGPS ( opsional)
  • 15 kaki meters(49) RMS*
  • Percepatan: 0.1 RMS simpul steay status, 999 simpul max
  • Dinamika: 6 g
  • Alat penghubung: NMEA 180, 182, 183 dan koreksi RTCM-104 DGPS
  • Antena: Internal, dengan kemampuan antena eksternal
Fisik:
  • Ukuran: 6.15"H x 2"W x 1.23"D ( 14.6x5.1x3.0 cm)
  • Berat: 9 ons ( 255g) dengan baterei
  • Pajangan: 2.2"H x 1.5"W ( 5.6x3.8 cm)
    • LCD backlit kontras tinggi
  • Sarung: Ultrasonically dipateri, Immersible terhadap MIL-STD 810
  • Rangka temperatur: 5 F sampai 158 F (- 15 C sampai 70 C)
  • Memori Backup: Baterei internal litium
Tenaga:
  • Sumber: (4) AA baterei atau 10-36vDC
  • Pemakaian: 1 watt
  • Ketahanan Baterei: sampai 12 jam


Mountaineering

Secara bahasa arti kata Mountaineering adalah teknik mendaki gunung. Ruang lingkup kegiatan Mountaineering sendiri meliputi kegiatan sebagai berikut :

1. Hill Walking/Hiking



Hill walking atau yang lebih dikenal sebagai hiking adalah sebuah kegiatan mendaki daerah perbukitan atau menjelajah kawasan bukit yang biasanya tidak terlalu tinggi dengan derajat kemiringan rata-rata di bawah 45 derajat. Dalam hiking tidak dibutuhkan alat bantu khusus, hanya mengandalkan kedua kaki sebagai media utamanya. Tangan digunakan sesekali untuk memegang tongkat jelajah (di kepramukaan dikenal dengan nama stock atau tongkat pandu) sebagai alat bantu. Jadi hiking ini lebih simpel dan mudah untuk dilakukan.


Level berikutnya dalam mountaineering adalah scrambling. Dalam pelaksanaannya, scrambling merupakan kegiatan mendaki gunung ke wilayah-wilayah dataran tinggi pegunungan (yang lebih tinggi dari bukit) yang kemiringannya lebih ekstrim (kira-kira di atas 45 derajat). Kalau dalam hiking kaki sebagai ‘alat’ utama maka untuk scrambling selain kaki, tangan sangat dibutuhkan sebagai penyeimbang atau membantu gerakan mendaki. Karena derajat kemiringan dataran yang lumayan ekstrim, keseimbangan pendaki perlu dijaga dengan gerakan tangan yang mencari pegangan. Dalam scrambling, tali sebagai alat bantu mulai dibutuhkan untuk menjamin pergerakan naik dan keseimbangan tubuh.


Berbeda dengan hiking dan scrambling, level mountaineering yang paling ekstrim adalah climbing! Climbing mutlak memerlukan alat bantu khusus seperti karabiner, tali panjat, harness, figure of eight, sling, dan sederetan peralatan mountaineering lainnya. Kebutuhan alat bantu itu memang sesuai dengan medan jelajah climbing yang sangat ekstrim. Bayangkan saja, kegiatan climbing ini menggunakan wahana tebing batu yang kemiringannya lebih dari 80 derajat! Ouhhh…


Nah, tentu saja mountaineering ini cukup menantang untuk digeluti… selain wahana kegiatannya yang berada di daerah ketinggian pegunungan yang diwarnai dengan tebing lembah, ngarai, ceruk, sungai, dan panorama tiada tara, untuk melakoni mountaineering ini tentu saja dibutuhkan kesiapan fisik yang mantap.


Secara garis besarnya untuk melakoni mountaineering pastikan tubuh kalian dalam kondisi sehat, fit, dan stamina oke. Untuk itu olahraga teratur sangat mutlak. Selain itu, kau harus bebas dari semua phobia akan hal-hal yang berkaitan dengan tempat-tempat tinggi dan punya kesiapan rencana yang mantap!


Peralatan dasar kegiatan alam bebas seperti ransel, vedples (botol air), sepatu gunung, pakaian gunung, tenda, misting (rantang masak outdoor), kompor lapangan, topi rimba, peta, kompas, altimeter, pisau, korek, senter, alat tulis, dan matras mutlak dibutuhkan selain alat bantu khusus mountaineering seperti tali houserlite/kernmantel, karabiner, figure of eight, sling, prusik, bolt, webbing, harness, dan alat bantu khusus lainnya yang dibutuhkan sesuai level kegiatannya.

2. Climbing


Climbing adalah olah raga panjat yang dilakukan di tempat yang curam atau tebing. Tebing atau jurang adalah formasi bebatuan yang menjulang secara vertikal. Tebing terbentuk akibat dari erosi. Tebing umumnya ditemukan di daerah pantai, pegunungan dan sepanjang sungai. Tebing umumnya dibentuk oleh bebatuan yang yang tahan terhadap proses erosi dan cuaca.

Di dalam arti yang sebenarnya memang climbing itu panjat tebing. Tetapi banyak pula orang mengartikan bukan hanya panjat saja dalam kegiatan climbing ini melainkan juga Repling (turun tebing), Pursiking (naik tebing dengan menggunakan tali pursik) dan lain-lain.
Biasanya orang melakukan pemanjatan tebing ini dilakukan dengan konsentrasi yang tinggi, kekuatan tangan, kekuatan kaki, keseimbangan tubuh dijadikan tolak ukur dalam melakukan pemanjatan ini. Panjat tebing bukan hanya di alam tetapi kita bisa di tebing buatan (woll-climbing).
Dalam divisi climbing ini sangatlah mengharapkan peran lembaga STTA dalam melancarkan kegiatannya, yaitu adanya pembuatan woll-climbing. Didalam pembuatan wool-climbing memang memerlukan dana yang cukup besar. Maka dari itu Palastta mengharapkan kerjasama dari pihak manapun untuk dapat bekerja sama dalam pembuatan wool-climbing ini.
3. Rock Climbing

Rock Climbing adalah olah raga fisik dan mental yang mana selalu membutuhkan kekuatan, keseimbangan, kecepatan, ledakan-ledakan tenaga yang didukung dengan kemampuan mental para pelakunya. Ini adalah kegiatan yang sangat berbahaya dan dibutuhkan pengetahuan dan latihan. Olah raga ini juga menggunakan alat-alat panjat yang sangat krusial dan rawan, tetapi dengan teknik dan pengetahuan yang benar, olah raga ini sangat aman untuk dilakukan.

Ice and Snow Climbing


Ice and Snow Climbing adalah olah raga fisik dan mental yang mana selalu membutuhkan kekuatan, keseimbangan, kecepatan, ledakan-ledakan tenaga yang didukung dengan kemampuan mental para pelakunya. Ini adalah kegiatan yang sangat berbahaya dan dibutuhkan pengetahuan dan latihan. Olah raga ini juga menggunakan alat-alat panjat yang sangat krusial dan rawan, tetapi dengan teknik dan pengetahuan yang benar, olah raga ini sangat aman untuk dilakukan.

ALAT CLIMBING

1. Tali Pendakian

Fungsi utamanya dalam pendakian adalah sebagai pengaman apabila jatuh.Dianjurkan jenis-jenis tali yang dipakai hendaknya yang telah diuji oleh UIAA, suatu badan yang menguji kekuatan peralatan-peralatan pendakian. Panjang tali dalam pendakian dianjurkan sekitar 50 meter, yang memungkinkan leader dan belayer masih dapat berkomunikasi. Umumnya diameter tali yang dipakai adalah 10-11 mm, tapi sekarang ada yang berkekuatan sama, yang berdiameter 9.8 mm.
Ada dua macam tali pendakian yaitu :
  • Static Rope, tali pendakian yang kelentirannya mencapai 2-5 % fari berat maksimum yang diberikan. Sifatnya kaku, umumnya berwarna putih atau hijau. Tali static digunakan untuk rappelling.
  • Dynamic Rope, tali pendakian yang kelenturannya mencapai 5-15 % dari berat maksimum yang diberikan. Sifatnya lentur dan fleksibel. Biasanya berwarna mencolok (merah, jingga, ungu).
2. Carabiner
Adalah sebuah cincin yang berbentuk oval atau huruf D, dan mempunyai gate yang berfungsi seperni peniti. Ada 2 jenis carabiner :
  • Carabiner Screw Gate (menggunakan kunci pengaman).
  • Carabiner Non Screw Gate (tanpa kunci pengaman)
3. Sling

Sling biasanya dibuat dari tabular webbing, terdiri dari beberapa tipe. Fungsi sling antara lain :
- sebagai penghubung
- membuat natural point, dengan memanfaatkan pohon atau lubang di tebing.
- Mengurangi gaya gesek / memperpanjang point
- Mengurangi gerakan (yang menambah beban) pada chock atau piton yang terpasang.
4. Descender
Sebuah alat berbentuk angka delapan. Fungsinya sebagai pembantu menahan gesekan, sehingga dapat membantu pengereman. Biasa digunakan untuk membelay atau rappelling.
5. Ascender
Berbentuk semacam catut yang dapat menggigit apabila diberi beban dan membuka bila dinaikkan. Fungsi utamanya sebagai alat Bantu untuk naik pada tali.
6. Harnes / Tali Tubuh
Alat pengaman yang dapat menahan atau mengikat badan. Ada dua jenis hernas :
  • Seat Harnes, menahan berat badan di pinggang dan paha.
  • Body Harnes, menahan berat badan di dada, pinggang, punggung, dan paha.
    Harnes ada yang dibuat dengan webbning atau tali, dan ada yang sudah langsung dirakit oleh pabrik.
7. Sepatu
Ada dua jenis sepatu yang digunakan dalam pemanjatan :
  • Sepatu yang lentur dan fleksibel. Bagian bawah terbuat dari karet yang kuat. Kelenturannya menolong untuk pijakan-pijakan di celah-cleah.
  • Sepatu yang tidak lentur/kaku pada bagian bawahnya. Misalnya combat boot. Cocok digunakan pada tebing yang banyak tonjolannya atau tangga-tangga kecil. Gaya tumpuan dapat tertahan oleh bagian depan sepatu.
8. Anchor (Jangkar)
Alat yang dapat dipakai sebagai penahan beban. Tali pendakian dimasukkan pada achor, sehingga pendaki dapat tertahan oleh anchor bila jatuh. Ada dua macam anchor, yaitu :
  • Natural Anchor, bias merupakan pohon besar, lubang-lubang di tebing, tonjolan-tonjolan batuan, dan sebagainya.
  • Artificial Anchor, anchor buatan yang ditempatkan dan diusahakan ada pada tebing oleh si pendaki. Contoh : chock, piton, bolt, dan lain-lain.

Jumat, 29 April 2011

Detik Kelahiran Pramuka

Latar Belakang Lahirnya Gerakan Pramuka
Gerakan Pramuka lahir pada tahun 1961, jadi kalau akan menyimak latar belakang lahirnya Gerakan Pramuka, orang perlu mengkaji keadaan, kejadian dan peristiwa pada sekitar tahun 1960.
Dari ungkapan yang telah dipaparkan di depan kita lihat bahwa jumlah perkumpulan kepramukaan di Indonesia waktu itu sangat banyak. Jumlah itu tidak sepandan dengan jumlah seluruh anggota perkumpulan itu.
Peraturan yang timbul pada masa perintisan ini adalah Ketetapan MPRS Nomor II/MPRS/1960, tanggal 3 Desember 1960 tentang rencana pembangunan Nasional Semesta Berencana. Dalam ketetapan ini dapat ditemukan Pasal 330. C. yang menyatakan bahwa dasar pendidikan di bidang kepanduan adalah Pancasila. Seterusnya penertiban tentang kepanduan (Pasal 741) dan pendidikan kepanduan supaya diintensifkan dan menyetujui rencana Pemerintah untuk mendirikan Pramuka (Pasal 349 Ayat 30). Kemudian kepanduan supaya dibebaskan dari sisa-sisa Lord Baden Powellisme (Lampiran C Ayat 8).
Ketetapan itu memberi kewajiban agar Pemerintah melaksanakannya. Karena itulah Pesiden/Mandataris MPRS pada 9 Maret 1961 mengumpulkan tokoh-tokoh dan pemimpin gerakan kepramukaan Indonesia, bertempat di Istana Negara. Hari Kamis malam itulah Presiden mengungkapkan bahwa kepanduan yang ada harus diperbaharui, metode dan aktivitas pendidikan harus diganti, seluruh organisasi kepanduan yang ada dilebur menjadi satu yang disebut Pramuka. Presiden juga menunjuk panitia yang terdiri atas Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Menteri P dan K Prof. Prijono, Menteri Pertanian Dr.A. Azis Saleh dan Menteri Transmigrasi, Koperasi dan Pembangunan Masyarakat Desa, Achmadi. Panitia ini tentulah perlu sesuatu pengesahan. Dan kemudian terbitlah Keputusan Presiden RI No.112 Tahun 1961 tanggal 5 April 1961, tentang Panitia Pembantu Pelaksana Pembentukan Gerakan Pramuka dengan susunan keanggotaan seperti yang disebut oleh Presiden pada tanggal 9 Maret 1961. Ada perbedaan sebutan atau tugas panitia antara pidato Presiden dengan Keputusan Presiden itu. Masih dalam bulan April itu juga, keluarlah Keputusan Presiden RI Nomor 121 Tahun 1961 tanggal 11 April 1961 tentang Panitia Pembentukan Gerakan Pramuka. Anggota Panitia ini terdiri atas Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Prof. Prijono, Dr. A. Azis Saleh, Achmadi dan Muljadi Djojo Martono (Menteri Sosial). Panitia inilah yang kemudian mengolah Anggaran Dasar Gerakan Pramuka, sebagai Lampiran Keputusan Presiden R.I Nomor 238 Tahun 1961, tanggal 20 Mei 1961 tentang Gerakan Pramuka.
Kelahiran Gerakan Pramuka
Gerakan Pramuka ditandai dengan serangkaian peristiwa yang saling berkaitan yaitu 1. Pidato Presiden/Mandataris MPRS dihadapan para tokoh dan pimpinan yang mewakili organisasi kepanduan yang terdapat di Indonesia pada tanggal 9 Maret 1961 di Istana Negara. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI TUNAS GERAKAN PRAMUKA
· Diterbitkannya Keputusan Presiden Nomor 238 Tahun 1961, tanggal 20 Mei 1961, tentang Gerakan Pramuka yang menetapkan Gerakan Pramuka sebagai satu-satunya organisasi kepanduan yang ditugaskan menyelenggarakan pendidikan kepanduan bagi anak-anak dan pemuda Indonesia, serta mengesahkan Anggaran Dasar Gerakan Pramuka yang dijadikan pedoman, petunjuk dan pegangan bagi para pengelola Gerakan Pramuka dalam menjalankan tugasnya. Tanggal 20 Mei adalah; Hari Kebangkitan Nasional, namun bagi Gerakan Pramuka memiliki arti khusus dan merupakan tonggak sejarah untuk pendidikan di lingkungan ke tiga. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI PERMULAAN TAHUN KERJA.
· Pernyataan para wakil organisasi kepanduan di Indonesia yang dengan ikhlas meleburkan diri ke dalam organisasi Gerakan Pramuka, dilakukan di Istana Olahraga Senayan pada tanggal 30 Juli 1961. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI IKRAR GERAKAN PRAMUKA.
2. Pelantikan Mapinas, Kwarnas dan Kwarnari di Istana Negara, diikuti defile Pramuka untuk diperkenalkan kepada masyarakat yang didahului dengan penganugerahan Panji-Panji Gerakan Pramuka, dan kesemuanya ini terjadi pada tanggal pada tanggal 14 Agustus 1961. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI PRAMUKA.
Gerakan Pramuka Diperkenalkan
Pidato Presiden pada tanggal 9 Maret 1961 juga menggariskan agar pada peringatan\ Proklamasi Kemerdekaan RI Gerakan Pramuka telah ada dan dikenal oleh masyarakat. Oleh karena itu Keppres RI No.238 Tahun 1961 perlu ada pendukungnya yaitu pengurus dan anggotanya. Menurut Anggaran Dasar Gerakan Pramuka, pimpinan perkumpulan ini dipegang oleh Majelis Pimpinan Nasional (MAPINAS) yang di dalamnya terdapat Kwartir Nasional Gerakan Pramuka dan Kwartir Nasional Harian. Badan Pimpinan Pusat ini secara simbolis disusun dengan mengambil angka keramat 17-8-’45, yaitu terdiri atas Mapinas beranggotakan 45 orang di antaranya duduk dalam Kwarnas 17 orang dan dalam Kwarnasri 8 orang. Namun demikian dalam realisasinya seperti tersebut dalam Keppres RI No.447 Tahun 1961, tanggal 14 Agustus 1961 jumlah anggota Mapinas menjadi 70 orang dengan rincian dari 70 anggota itu 17 orang di antaranya sebagai anggota Kwarnas dan 8 orang di antara anggota Kwarnas ini menjadi anggota Kwarnari.
Mapinas diketuai oleh Dr. Ir. Soekarno, Presiden RI dengan Wakil Ketua I, Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Wakil Ketua II Brigjen TNI Dr.A. Aziz Saleh.
Sementara itu dalam Kwarnas, Sri Sultan Hamengku Buwono IX menjabat Ketua dan Brigjen TNI Dr.A. Aziz Saleh sebagai Wakil Ketua merangkap Ketua Kwarnari.
Gerakan Pramuka secara resmi diperkenalkan kepada seluruh rakyat Indonesia pada tanggal 14 Agustus 1961 bukan saja di Ibukota Jakarta, tapi juga di tempat yang
penting di Indonesia. Di Jakarta sekitar 10.000 anggota Gerakan Pramuka mengadakan Apel Besar yang diikuti dengan pawai pembangunan dan defile di depan
Presiden dan berkeliling Jakarta. Sebelum kegiatan pawai/defile, Presiden melantik anggota Mapinas, Kwarnas dan Kwarnari, di Istana negara, dan menyampaikan anugerah tanda penghargaan dan kehormatan berupa Panji Gerakan Kepanduan Nasional Indonesia (Keppres No.448 Tahun 1961) yang diterimakan kepada Ketua Kwartir Nasional, Sri Sultan Hamengku Buwono IX sesaat sebelum pawai/defile dimulai. Peristiwa perkenalan tanggal 14 Agustus 1961 ini kemudian dilakukan sebagai HARI PRAMUKA yang setiap tahun diperingati oleh seluruh jajaran dan anggota Gerakan Pramuka

Sabtu, 16 April 2011

Tanda Pengenal Dalam Pramuka

Macam-Macam Tanda Pengenal Dalam Pramuka
  1. Tanda Umum
Dipakai secara umum oleh semua anggota Gerakan Pramuka yang sudah dilantik, baik putra maupun putri. Tanda umum ini antara lain adalah:

  1. Tanda pelantikan
Tanda pelantikan untuk putra berupa bujur sangkar dengan warna dasar coklat tua dan gambar lambang gerakan pramuka berwarna kuning emas di atasnya. Tanda ini dipasang di saku sebelah kanan.
Sedangkan Tanda pelantikan untuk putri berupa lingkaran dengan warna dasar coklat tua dan lambang gerakan pramuka berwarna kuning emas diatasnya. Tanda ini dipasang pada ujung kerah baju sebelah kanan. (Lihat gambar disamping).

  1. Tanda Kepanduan sedunia (WOSM)
Tanda ini menunjukkan bahwa pramuka Indonesia adalah anggota dari WOSM (Organisasi Gerakan Pramuka Sedunia). Tanda Kepanduan sedunia putra berupa bujur sangkar berwarna ungu dan lambang WOSM berwarna putih diatasnya. Tanda ini dipasang di atas saku sebelah kiri di atas tanda pengenal nama diri.
Tanda kepanduan sedunia untuk putri berupa lingkaran berwarna ungu dan gambar lambang WOSM berwarna putih diatasnya. Tanda ini dipasang pada ujung kerah baju sebelah kiri (lihat gambar disamping)

  1. Pita leher/Setangan Leher
Pita leher dipakai oleh pramuka putri. Dibuat dari kain berwarna merah dan putih dengan ukuran lebar 3,5 cm dan panjang 80 cm s.d. 110 cm disesuaikan dengan usia. Dikenakan melingkar di bawah kerah baju, diikat dengan simpul mati, warna merah di sebelah kanan.
Setangan Leher dipakai oleh pramuka putra. Dibuat dari bahan berwarna merah dan putih berbentuk segitiga sama kaki. Sisi panjang 90 cm – 130 cm sesuai usia, dengan sudut 90ยบ (siku-siku). Panjang sisi setangan leher dapat disesuaikan dengan tinggi badan pemakai. Dikenakan dengan cincin (ring) setangan leher dikenakan di bawah kerah baju. Setangan leher dilipat sedemikian rupa sehingga warna merah putih tampak dengan jelas, dan pemakaian tampak rapih
  1. Tanda Topi
Tanda topi dipasang pada topi, bentuk dan pemasangan tanda topi berbeda-beda antara lain sebagai berikut: Tanda topi putra berbentuk segi delapan dengan warna dasar yang berbeda untuk tiap tingkat. Sedangkan untuk pembina tanda topi berwarna kuning emas tanpa dasar. (lihat gambar disamping). Tanda topi ini dipasang pada baret atau topi sebelah kiri.
Tanda topi putri berbentuk lingkaran dengan warna dasar yang berbeda untuk tiap tingkat. Tanda topi pembina putri sama dengan tanda topi pembina putra. Pemasangan tanda topi putri adalah tepat ditengah-tengah topi. Khusus untuk pembina dipasang di sebelah kiri topi.

  1. Tanda Harian
Tanda harian berupa lambang tunas kelapa berwarna kuning emas (perhatikan gambar disamping).
Tanda ini tidak dipakai pada pakaian seragam pramuka, tetapi dipakai pada pakaian yang digunakan untuk menghadiri suatu kegiatan. Cara penggunaan dipasang pada kerah jas, atau pada dada sebelah kiri (perhatikan gambar).

  1. B.     Tanda Satuan
Tanda Satuan adalah Tanda Pengenal yang dapat menunjukkan bahwa seorang anggota Gerakan Pramuka tergabung dalam satuan atau kwartir tertentu, mulai dari satuan terkecil di gugus depan sampai satuan tingkat nasional. Tanda satuan antara lain:

  1. Lencana wilayah
Lencana Wilayah adalah lencana yang dapat memperlihatkan lambing atau tanda dari kwartir daerahnya. Lencana wilayah terdiri atas dua macam: lencana tingkat nasional, lencana tingkat daerah, yang disediakan untuk semua anggota Gerakan Pramuka di wilayah kwartir daerah yang bersangkutan. Tidak diadakan lencana tingkat cabang, ranting dan gugusdepan.
Lencana wilayah tingkat nasional dan tingkat daerah berbentuk perisai, dengan panjang sisi lurus mendatar 6 cm, panjang garis tinggi 8 cm. Bagian yang melengkung berjari-jari kelengkungan 4,2 cm, dengan pusat kelengkungan berjarak 4 cm dari sisi mendatar dan 1,8 cm dari sisi kiri/kanan.
Lencana wilayah untuk tingkat nasional berbentuk perisai, berwana dasar hitam, bergambar lambang Garuda Pancasila, yang warnanya sesuai dengan ketentuan warna dan perbandingan ukuran gambar lambing Garuda Pancasila. Pada bagian atas lencana wilayah tingkat nasional ini terdapat tulisan INDONESIA di atas lambing Garuda Pancasila.
Gambar, warna dan arti lencana wilayah untuk semua kwartir daerah, dikeluarkan dengan keputusan kwartir daerah, daerah yang bersangkutan. Gambar lencana wilayah untuk semua kwartir daerah diusahakan cukup menarik, sederhana, serasi, dan indah, tidak terlalu penuh gambar, memberi gambaran ciri khas daerah atau lambing daerahnya, dan diberi warna yang cukup serasi/selaras, dan tidak terlalu banyak menggunakan warna, sebanyak-banyaknya 4 warna tidak termasuk warna putih. Pada sisi atas lencana wilayah untuk semua kwartir daerah, dicantumkan nama daerahnya, tanpa menyebut daerah istimewa atau daerah khusus ibukota berwarna merah. Lencana wilayah dipasang di tengah lengan baju sebelah kanan, di bawah pita wilayah dan pita nomor.

  1. Pita Wilayah
Pita Wilayah (Lokasi) adalah pita kecil yang bertuliskan nama wilayah kwartir cabang atau tulisan KWARTIR DAERAH, atau tulisan KWARTIR NASIONAL dan lain-lain. Pita wilayah terdiri atas tiga macam, yaitu : Pita wilayah tingkat nasional, Pita wilayah tingkat daerah, dan Pita wilayah tingkat cabang. Tidak diadakan pita wilayah tingkat ranting dan gugusdepan.
Pita wilayah berbentuk segi empat dilengkungkan, dengan panjang sisi lengkung terluar maksimum 8 cm, jari-jari kelengkungan 10 cm, tinggi segi empat 1,5 cm, atau maksimum 2 cm untuk pita wilayah yang menggunakan dua baris kata-kata. Pita wilayah berwarna dasar putih dengan tulisan berwarna merah. Tinggi huruf maksimum 8 cm, disesuaikan dengan banyaknya baris dan panjangnya kata.
Pita wilayah untuk tingkat nasional, bertuliskan kata : KWARTIR NASIONAL atau MABINAS. Tingkat daerah, bertuliskan kata : KWARTIR DAERAH (tanpa nomor kwartir daerahnya) dan MABIDA. Tingkat cabang, ranting, desa dan gugusdepan, bertuliskan kata nama wilayah cabangnya secara lengkap. Tidak digunakan pita wilayah lainnya, selain tersebut di atas. Contoh : BANYUWANGI, KOTAWARINGIN TIMUR, OGAN KOMERING ULU, dan lain-lain.
Dalam menyebut nama wilayah daerah atau cabang, tidak perlu menyebutkan kata-kata : Daerah Tingkat I Propinsi, Daerah Tingkat II/Kabupaten, atau Kotamadya, Kota Administratif, Daerah Istimewa, Daerah Khusus Ibukota, dan nomor kwartir daerah serta nomor kwartir cabangnya. Untuk wilayah Kabupaten dan Kotamadya yang mempunyai nama sama, maka di muka nama wilayah dapat dibenarkan menggunakan singkatan KAB untuk Kabupaten dan KODYA untuk Kotamadya, contoh : KAB. MALANG dan KODYA MALANG, KAB. SEMARANG dan KODYA SEMARANG.
Pita wilayah dipasang di bagian atas lengan baju sebelah kanan, kira-kira 1,5 cm di bawah jahitan lengan atas.

  1. Pita Nomor
Pita nomor berbentuk segi empat, dengan tinggi 1,5 cm, dan panjang 3 cm. Tinggi angka maksimum 1 cm. Dalam segi empat tersebut terdapat angka yang diatur sebagai berikut: Dua angka terdepan merupakan angka kode ranting, yaitu angka 01, 02, 03, 04, dan seterusnya. Dua angka atau lebih dibelakangnya, yaitu: angka 00 untuk Andalan, Majelis Pembimbing, dan Staf Kwartir Ranting. Angka 01, 02, 03, 04 dan seterusnya, menunjukkan nomor urut gugusdepan di wilayah ranting yang bersangkutan, untuk para anggota gugus depan dan majelis pembimbing gugusdepan yang bersangkutan.
Nomor kode ranting dan gugus depan diatur oleh kwartir cabang yang bersangkutan. Nomor ganjil untuk gugusdepan putera dan nomor genap untuk gugusdepan puteri. Pita nomor berwarna dasar putih dengan angka merah. Andalan, staf kwartir, pamong satuan karya dan majelis pembimbing di tingkat cabang, daerah dan nasional tidak menggunakan pita nomor. Pita nomor dipasang di bawah pita wilayah.


  1. Tanda Barung Siaga
Tanda Barung berbentuk segi tiga sama sisi, dengan puncak di atas. Panjang sisi segi tiga itu 4 cm. Tanda Barung tidak bergambar, polos, berwarna menurut pilihan anggota barung yang bersangkutan. Warna tanda barung diutamakan mengambil warna dari Garuda Pancasila, yaitu merah, putih, kuning, hijau dan hitam. Bila diperlukan dapat mengambil warna lainnya.

  1. Tanda Regu Penggalang
Tanda regu berbentuk bujur sangkar, dengan panjang tiap sisinya 4 cm. Tanda regu bergambar sesuai dengan pilihan anggota regu yang bersangkutan. Tanda regu untuk: Regu putera bergambar binatang atau siluet (bayangan) binatang, Regu puteri bergambar bunga atau siluet (bayangan) bunga. Warna dasar dan warna gambar diatur sehingga tampak sederhana, indah dan menarik.

  1. Tanda Sangga Penegak
Tanda sangga berbentuk bujur sangkar, dengan panjang tiap sisinya 4 cm. Tanda sangga bergambar sesuai dengan pilihan anggota sangga yang bersangkutan. Tanda sangga dapat mengambil: nama tahap perjuangan bangsa Indonesia, seperti Perintis, Pencoba, Penegas, Pendobrak dan Pelaksana, dengan gambar dan warna seperti contoh disamping. Angka romawi sebagai nomor sangga, berwarna hitam diatas dasar berwarna kuning. Gambar siluet bunga berwarna hitam di atas dasar berwarna kuning (khusus untuk sangga puteri). Gambar lain yang diciptakan sendiri oleh sangga yang bersangkutan.
  1. Tanda Reka Pandega
Tanda Reka Pandega, berbentuk bujur sangkar, dengan panjang sisi 4 cm. Tanda reka sama dengan tanda sangga tersebut di atas, warna dasar coklat muda.


Tanda satuan terkecil (barung, regu, sangga, dan reka) dipasang pada bagian atas lengan baju sebelah kiri.

  1. Tanda Satuan Karya (Saka)

Tanda saka berbentuk segi lima beraturan, dengan panjang tiap sisi luarnya 5 cm, dengan bingkai selebar 2 mm. Gambar, tulisan dan warna pada tanda satuan karya ditetapkan dengan keputusan tersendiri. Bentuk gambar lambing tunas kelapa pada tanda satuan karya harus sesuai dengan ketentuan mengenai lambang tunas kelapa dan tidak dibenarkan diubah. Gambar, tulisan dan warna pada tanda satuan karya diusahakan agar menarik, serasi, indah, dan tidak terlalu banyak menggunakan warna, maksimum 4 warna
tidak termasuk warna putih. Contoh gambar tanda satuan karya sebagai berikut:
Tanda saka dipasang di tengah lengan baju sebelah kiri pada jarak  ± 7 cm dari jahitan lengan atas.

  1. Tanda Krida
Tanda krida berbentuk bujur sangkar, dengan panjang sisinya 4 cm. Gambar, tulisan dan warna pada tanda krida ditetapkan dengan keputusan tersendiri. Tanda krida, diusahakan: cukup menarik, sederhana, serasi dan indah, tidak terlalu penuh gambar. Memberi gambaran cirri khas bidang kegiatan krida yang bersangkutan. Diberi warna yang cukup serasi (harmonis). Tanda krida dipasang di bawah tanda saka di lengan baju sebelah kiri.


  1. C.     Tanda Jabatan
Tanda jabatan menunjukkan jabatan seorang anggota pramuka dalam satuannya. Tanda jabatan terdiri atas:
  1. Tanda Pemimpin Utama, Pemimpin dan Wakil Pemimpin (Barung, Regu, dan Sangga).




Tanda Pemimpin Barung Utama, Pemimpin Barung dan Wakilnya dibuat dari kain, berbentuk “Janur” (daun kelapa) berwarna hijau, tiap janur berukuran panjang 5 cm lebar 0,7 cm dan jarak tiap janur 0,5 cm. Pemimpin Barung Utama memakai tiga helai janur hijau, Pemimpin Barung memakai dua helai janur hijau, Wakil Pemimpin Barung memakai  satu helai janur hijau.


Tanda Pemimpin Regu Utama (Pratama) Pemimpin Regu dan Wakilnya sama dengan di atas, dengan janur berwarna Merah. Pemimpin Utama (Pratama) memakai tiga helai janur merah, Pemimpin Regu memakai dua helai janur merah, Wakil Pemimpin Regu memakai satu helai janur merah.
Tanda Pemimpin Sangga Utama, Pemimpin Sangga dan Wakilnya sama dengan di atas, dengan janur berwarna kuning. Pemimpin Sangga Utama memakai tiga helai janur kuning, Pemimpin Sangga memakai dua helai janur kuning, Wakil Pemimpin Sangga memakai satu helai janur kuning.
Tanda Pemimpin Utama, Pemimpin, dan Wakil Pemimpin (Barung, Regu, dan Sangga) di pasang di saku sebelah kiri, di bawah tanda pengenal nama diri.

  1. Tanda Pembina dan Pembantu Pembina Siaga, Penggalang, Penegak dan Pandega
Tanda Pembina diberikan kepada pembina pramuka yang telah lulus dari Kursus Mahir Lanjut (KML) atau Kursus Pembina Gudep. Tanda Pembina berupa lencana berbentuk bintang bersegi sepuluh. Di tengah bintang terdapat lingkaran dengan lambang tunas kelapa berlatar gambar tiga garis yang bertemu di pusat lingkaran. Warna dari lencana adalah kuning emas, sedangkan lingkaran di tengah warna dasarnya mengikuti aturan sebagai berikut:
Biru                  : pembina gugus depan
Hijau                : pembina siaga
Merah              : pembina penggalang
Kuning : pembina penegak


Cokelat            : pembina pandega


Tanda pembantu pembina diberikan kepada pembina pramuka yang telah lulus dari Kursus Mahir Dasar (KMD). Tanda Pembantu Pembina sama dengan Pembina hanya warna dari lencana berwarna perak. Dan tidak ada Pembantu Pembina Gugus Depan.
Tanda pembina dan pembantu pembina dipasang sebagai lencana di saku sebelah kiri terpasang pada kancing penutup saku.

  1. Tanda Andalan dan Pembantu Andalan
Yang dimaksud Andalan adalah anggota Pramuka yang duduk sebagai pengurus mulai dari Kordinator Desa, Kwarran, Kwarcab, Kwarda dan Kwarnas. Tanda andalan berbentuk segi sepuluh. Dipusat lencana terdapat lingkaran yang tepinya dibatasi oleh buliran padi. Ditengah lingkaran terdapat gambar siluet tunas kelapa. Warna dasar lingkaran diatur sebagai berikut:
Ungu                : Koodinator Desa
Cokelat tua       : Andalan Ranting
Hijau                : Andalan Cabang
Merah              : Andalan Daerah
Kuning : Andalan Nasional


  1. Tanda Korps Pelatih Pembina Pramuka


Korps Pelatih adalah ikatan persaudaraan dan wadah pembinaan para Pelatih Pembina Pramuka yang berpangkalan di Lembaga Pendidikan Kader Gerakan Pramuka. Tanda Korps pelatih adalah sebagai berikut:


Untuk anggota dewasa yang telah lulus dari Kursus Pelatih Dasar berhak mengenakan tanda pembantu pelatih. Dan anggota dewasa yang telah lulus Kursus Pelatih Lanjut berhak mengenakan tanda pelatih. Tanda Pembantu Pelatih dan Tanda Pelatih adalah sebagai berikut:




Warna dasar:
Hijau           : Siaga
Merah         : Penggalang
Kuning        : Penegak


  1. Tanda Pimpinan Saka/Pamong Saka


Anggota pramuka dewasa yang telah lulus dari kursus Pamong Saka berhak menggunakan Tanda Pamong Saka. Contoh Tanda Pamong saka adalah sebagai berikut:
Warna dasar untuk tanda tersebut adalah:
Kuning             : Tingkat Nasional
Merah              : Tingkat Daerah
Hijau                : Tingkat Cabang
Cokelat            : Tingkat Ranting/Pamong Saka

  1. Tanda Dewan Kerja

Tanda Dewan Kerja dikenakan oleh pengurus dewan kerja dari kewan kerja ambalan, dewan racana pandega, dewan kerja ranting, dewan kerja cabang, dewan kerja daerah, sampai dewan kerja nasional. Untuk masing-masing dewan kerja diberikan warna yang berbeda dengan ketentuan:

Biru muda         : Dewa Ambalan Penegak
Ungu                : Dewan Racana Pandega
Cokelat tua       : Dewan Kerja Ranting
Hijau muda       : Dewan Kerja Cabang
Merah              : Dewan Kerja Daerah
Kuning : Dewan Kerja Nasional

  1. D.    Tanda Kecakapan
  2. Tanda Kecakapan Umum (TKU)
Tanda kecakapan umum diberikan kepada anggota pramuka yang telah memenuhi syarat-syarat kecakapan umum (SKU) sesuai dengan tingkatannya. TKU terdiri atas TKU untuk siaga (mula, tata, bantu), penggalang (ramu, rakit, terap), penegak (bantara, laksana) dan pandega. Adapun bentuk dari TKU adalah seperti pada gambar di bawah ini.
  1. TKU Siaga
TKU Siaga berbentuk jajaran genjang dengan siluet gambar mancung (bunga kelapa yang masih kuncup) berwarna putih dengan warna dasar hijau. Tanda ini dikenakan pada lengan sebelah kiri. Ada tiga tingkatan untuk Siaga yaitu: siaga mula (satu strip), siaga bantu (dua strip), dan siaga tata (tiga strip).
  1. TKU Penggalang
TKU Penggalang berbentuk balok (seperti tanda pangkat TNI) bergambar siluet manggar (bunga kelapa yang telah mekar) berwarna putih dengan warna dasar merah. Seperti TKU Siaga tanda ini juga dikenakan di lengan sebelah kiri. Ada tiga tingkatan untuk Penggalang yaitu: penggalang ramu (satu balok), penggalang rakit (dua balok), dan penggalang terap (tiga balok).
  1. TKU Penegak
TKU Penegak berbentuk trapesium dengan gambar siluet dua tunas kelapa berhadapan dan bintang berwarna emas diatasnya. Di bawah gambar terdapat tulisan BANTARA atau LAKSANA. Tanda ini dikenakan di bahu, dipasang pada lidah bahu. Ada dua tingkatan untuk Penegak yaitu: penegak bantara (warna dasar hijau muda) dan penegak laksana (warna dasar hijau tua).
  1. TKU Pandega
TKU Pandega bentuknya sama dengan TKU Penegak, hanya saja warna dasarnya coklat muda dan tulisan PANDEGA di bawah lambang. Pandega hanya memiliki satu tingkatan saja.

  1. Tanda Kecakapan Khusus
Tanda kecakapan khusus diberikan kepada anggota pramuka yang telah memenuhi syarat-syarat kecakapan khusus (SKK). Untuk tingkat penggalang, penegak dan pandekaTKK terdiri atas tiga tingkatan yaitu: tingkat purwa, tingkat madya, dan utama. Sedang untuk siaga hanya ada satu tingkat saja.
Untuk TKK siaga berbentuk segitiga samakaki terbalik dengan sudut-sudut membulat. Untuk tingkat penggalang tepi dari TKK berwarna merah sedang untuk penegak berwarna kuning. Sedangkan bentuknya untuk tingkat purwa berbentuk lingkaran, tingkat madya berbentuk bujur sangkar, dan tingkat utama berbentuk segilima (lihat gambar).



TKK dikelompokkan dalam empat kelompok bidang yaitu: bidang patriotisme dan seni budaya (warna dasar merah), bidang kesehatan dan ketangkasan (warna dasar putih), bidang ketrampilan tehnik pembangunan (warna dasar hijau), bidang sosial, perikemanusiaan, gotong royong, ketertiban masyarakat, perdamaian dunia, dan lingkungan hidup (warna dasar biru), dan bidang agama, mental, moral spiritual, pembentukan pribadi dan watak (warna dasar kuning). Untuk lebih jelas lihat gambar.
Ada 10 TKK yang merupakan TKK wajib, maksudnya setiap anggota pramuka hendaknya berusaha minimal menguasai kecakapan yang disyaratkan dalam TKK wajib tersebut. TKK wajib antara lain: PPPK, Pengatur Rumah, Pengamat, Juru Masak, Berkemah, Penabung, Penjahit, Juru Kebun, Pengaman Kampung, dan Gerak Jalan.





  1. Tanda Kecakapan Pramuka Garuda


Tanda Kecakapan Pramuka Garuda diberikan kepada anggota pramuka yang telah memenuhi syarat-syarat kecakapan pramuka garuda. Tanda ini berbentuk medali yang dipakai dengan cara dikalungkan. Medali berbentuk segi lima dengan bingkai warna hitam dan gambar garuda di tengahnya.
Ada empat macam tanda pramuka garuda yaitu: tanda pramuka garuda tingkat siaga (warna hijau), pramuka garuda tingkat penggalang (warna merah), pramuka garuda tingkat penegak (warna kuning), dan tanda pramuka garuda tingkat pandega (warna coklat). Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar.

  1. E.     Tanda Penghargaan
Tanda penghargaan diberikan kepada anggota pramuka karena jasanya atau karena keikutsertaannya dalam sebuah kegiatan. Tanda ini umumnya berbentuk medali atau pin. Adapun jenis penghargaan dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu: Tanda Penghargaan Gerakan Pramuka untuk peserta didik, Tanda Penghargaan Gerakan Pramuka untuk orang dewasa, dan Tanda Penghargaan atas jasa yang diberikan oleh badan diluar Gerakan Pramuka.
Tanda Pengenal yang termasuk Tanda Penghargaan Gerakan Pramuka untuk peserta didik, yaitu: Tanda Penghargaan (termasuk Tanda Ikut Serta Bakti Gotong Royong, Tanda Ikut Serta Kegiatan dan lain-lainnya), Bintang Tahunan, Lencana Wiratama, dan Lencana Teladan





Tanda Pengenal yang termasuk Tanda Penghargaan Gerakan Pramuka untuk orang dewasa, yaitu: Bintang Tahunan, Lencana Pancawarsa, Lencana Wiratama, Lencana Jasa (Dharma Bakti, Melati, dan Tunas Kencana).
Tanda Pengenal termasuk Tanda Penghargaan atau jasa dari badan di luar Gerakan Pramuka, misalnya dari Organisasi Kepramukaan maupun badan lainnya, di dalam atau di luar negeri sepanjang hal-hal tersebut tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka, serta peraturan perundang-undangan Negara Republik Indonesia yang berlaku, pemerintah negara lain, dan pemerintah Republik Indonesia.

  1. F.      Lain-Lain
Apabila seorang Pembina Pramuka telah menyelesaikan masa pemantapan KML, maka akan dikukuhkan sebagai Pembina Mahir dan kepadanya disematkan selendang mahir dan diberikan pita mahir sesuai dengan golongan satuan yang dibinanya.
Selanjutnya Ketua Kwartir Cabang memberikan Ijasah/ sertifikat Pembina Pramuka atas rekomendasi Ketua Lemdikacab.


 Dibawah ini gambar pita mahir sesuai golongannya :
Cara memakai Selendang dan Pita Mahir.
  1. Pita Mahir dipakai melingkar dibawah kerah baju dan  setangan/ pita leher.
  2. Selendang mahir dikenakan melintang kanan dan kiri serta lipatan selendang dimasukan dibawah deck/ lidah bahu. Letak selendang diatur secara simetris, dengan setangan leher tetap tampak di atasnya. ( Lihat gambar )

  Penggunaan Selendang dan Pita Mahir :
  1. Pita Mahir digunakan setiap mengikuti kegiatan Kepramukaan.
  2. Selendang Mahir digunakan pada saat Upacara Kegiatan Orang Dewasa ( Binawasa seperti Up. Pembukaan kursus dll.)  dan Pelantikan,. Termasuk ketika melantik peserta didiknya.

Arti Kiasan Selendang Mahir :
  1. Lidah api: Menunjukan bahwa Seorang Pembina mahir selalu bersemangat dalam membina dan menjadi juru penerang bagi peserta didiknya dan dimanapun mereka berada.
  2. Jantung:  Selama Jantung masih berdetak di dada, seorang Pembina Mahir selalu tetap mengabdikan diri dengan Ikhlas Bakti Bina Bangsa Ber Budi Bawa Laksana.
  3. Senjata/ Keris: Seorang Pembina Mahir memiliki Sumber Daya dan cara pemikiran yang selalu tajam serta tanggap dengan lingkungannya.
  4. Warna Ungu: kehebatan, keutamaan.